Syariat Kurban dalam Mewujudkan Manusia Berakhlak Karima

Suasana Idul Adha

Setiap memasuki bulan Dzulhijjah maka semua segenap umat islam merayakan Idul Adha. Perayaan Idul Adha menjadi hari raya yang sangat ditunggu-tungguh kaum muslimin. Dalam perayaan Idul Adha dicirikan dengan penyembihan hewan kurban, sehingga Idul Adha dikenal pula dengan Idul Kurban. Umat muslim yang memiliki kemampuan berkewajban untuk melakukan penyembelihan hewan kurban. Jenis hewan yang dikurbankan dari setiap umat muslim sangat tergantung dari tingkat kemampuan umat muslim sendiri. Sehingga hewan yang dikurbankan terdapat beberapa jenis seperti sapi, domba, kambing dan sejenisnya yang dihalalkan menurut ilmu fiiqih. Pada umumnya, umat islam di Indonesia jenis hewan yang banyak dijadikan hewan kurban adalah sapi dan kambing.

Sejak penetapan Hari raya Idul Adha lewat sidang isbat oleh Kementerian Agama RI maka saat itu pula serentak semua masjid menggemakan Takbir menandakan bahwa Idul Adha akan segera dilaksanakan. Gema takbir memberikan spirit tersendiri bagi setiap individu umat muslim. Suasana malam menjadi berbeda ketika terdengar alunan takbir dari masjid-masjid. Terkadang tak terasa tetesan air mata mengiringi ucapan takbir tersebut menunjukkan bahwa Hari raya Idul Adha memberikan efek bathin yang tak bisa diucapkan dengan kata-kata. Apalagi, orang-orang yang berada dalam perantauan saat mendengar takbir dikumandangkan, pikiran sudah melayang dan membayangkan suasana kampung halaman dan wajah sanak saudara, handai taulan dan kerabat.

Pesta Rakyat Meriahkan Idul Adha

Suasana kebathinan tersebut pasti tak bisa dielakkan dan biasanya muncul dengan sendirinya, inilah keberkahan Idul Adha. Hari raya ini sebagai momentum yang sangat tepat dalam memperkuat silaturahmi antar warga masyarakat, dan lebih khsusu keluarga. Mereka saling mengunjungi antar tetangga yang mungkin sebelumnya agak sulit terwujud karena adanya kesibukan masing-masing. Sehingga dengan tibanya hari raya Idul Adha hubungan antar tetangga kembali dipererat lagi. Saling berkunjung menjadi kesempatan yang sangat dinantikan dari masing-masing warga, saling bercerita menjadi saat yang mungkin jarang terjadi bila di waktu lain. Momen lebaran merupakan waktu yang sangat indah dalam menjalin tali silaturahmi. Masyarakat menyambut baik kesempatan ini dan tak mungkin dilewatkan begitu saja ditambah dengan acara-acara spesial yang hanya ditemukan pada hari raya idul adha. Pada salah satu desa Maluku Tengah Provinsi Maluku terkenal dengan “acara KETUPAT” jika tiba idul adha.

Jangan lupa baca: Dusun Telaga Kodok Menggelar Pesta Ketupat

Warga Telaga Kodok selalu menyelenggarakan acara “KETUPAT” pada 4 hari setelah shalat idul adha. Momoen ini tentu disambut baik oleh warga Kota Ambon dengan mengunjungi lokasi pelaksanaan. Ketupat dengan segala perlengkapannya disediakan dipinggir-pinggir jalan dan masyarakat bebas memilih mana yang mereka inginkan. Tak bisa menghitung berapa banyak ketupat yang disediakan warga, setiap ada kedai pasti tersedia banyak ketupat, sebagaimana nama acara tersebut “PESTA KETUPAT”. Besarnya animo masyarakat menyambut dan mengunjungi pesta ini karena hanya di gelar satu hari saja. Mayarakat pengunjung dipersilahkan makan sepuasnya dengan menikmati ketupat dari berbagai bentuk. Kreasi masyarakat tersebut diperuntukkan untuk menarik minat pengunjung yang mungkin hanya dijumpai saat pesta ketupat berlangsung. Walaupun suasana kali ini, pesta ketupat tetap berlangsung ditengah-tengah guyuran hujan. Namun, masyarakat pengunjung tetap bersemangat memadati areal pesta ketupat. Demikian pula dengan warga Telaga Kodok dengan penuh kesabaran melayani pengunjung yang ingin makan ketupat. Suasana semakin seru dengan bergemahnya suara takbir mengiringi acara tersebut. Wajah pengunjung terlihat sangat terpuaskan dengan layanan warga yang begitu rama dengan ketupat yang tak pernah habis-habisnya. Berapa pun pengunjung yang datang akan tetap kebagian dan makan sepuasnya. Warga Telaga Kodok juga akan melayaninya dengan hati ikhlas sampai pengunjung meninggalkan tempat.

Tentu di daerah lain, berlainan pula acara warga yang disajikan. Kegiatan semacam ini yang membuat Hari raya Idul Adha selalu dinantikan kapan datangnya. Di samping itu, kegiatan semacam ini pula yang menjadi daya tarik bagi anak-anak, usia remaja, dan para warga dalam melengkapi maraknya Idul Kurban dengan gema takbir membahana di masjid-masjid. Mungkin ada yang bertanya, bagaimana sejarah adanya syariat kurban ini? dan apa esensi Hari Raya Idul Adha yang disebut pula Idul Kurban? 

Sejarah Singkat Syariat Kurban

Jika tidak salah bahwa kurban ini telah dilakukan pada zaman Jahiliah sebelum syariat islam hadir di tengah-tengah mereka. Ketika itu, zaman jahiliah yang dikurbankan adalah manusia dengan melakukan undian. Jadi siapa yang keluar saat undian, maka manusia itu yang dikurbankan yang menjadi tradisi masyarakat jahiliah saat itu dengan tujuan sebagai persembahan pada kepercayaannya. Kemudian, pada zaman kenabian, Nabi Ibrahim As melalui peristiwa wahyu dengan mimpinya diperintahkan untuk mengurbankan Ismail anak si mata wayang. Selanjutnya, mimpinya itu sampaikan kepada anaknya Ismail dengan menjawab bahwa kalau perintah Allah SWT, maka laksanakanlah ayahku, dan engkau mendapatiku dalam kesabaran sebagiamana difirmakan Allah SWT dalam Al Qur’an. Peristiwa itu berlangsung begitu cepat, kemudian Nabi Ibrahim As pada waktu yang telah ditentukan oleh keduanya, atas dasar ketaqwaan kepada Allah SWT, maka Nabi Ibrahim As dan Ismail bersama-sama menunaikan perintah tersebut. Pada suatu tempat, peristiwa kurban Ismail tersebut dilaksanakan. 

Dengan permintaan Ismail kepada ayah tercintanya pada saat hendak menyembelihku, maka miringkan wajah ayah kekiri seupaya tidak merasa kasian terhadapku dan tutuplah kain dileherku agar tetesan darahku tidak mengenai baju ayah. Peristiwa detik-detik penyembelihan Ismail begitu menyayat hati dengan membawa kesedihan pada Nabi Ibrahim As dan Istrinya St. Hajar, ibu Ismail. Karena ini perintah Allah SWT, maka dengan ketaqwaan yang luar biasa, maka peristiwa kurban tetap mereka tunaikan. Saat Nabi Ibrahim As menarik pisaunya hendak menggerek leher Ismail, dengan secepat itu pula Malaikat Jibril As atas perintah Allah SWT membawa seekor domba pengganti Ismail untuk dikurbankan, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilham. Melalui peristiwa inilah, perintah berkurban menjadi syariat Agama Islam yang di ajarkan Rasulullah SAW. 

Jadi awalnya. tradisi kurban masyarakat jahiliah dengan manusia sebagai persembahan, kemudian Allah SWT merubah tradiri itu melalui peristiwa Nabi Ibrahim As dengan anaknya Ismail. Sehingga sejak itu dan dengan syariat yang dibawa Rasulullah SAW sampai saat ini, perintah kurban dengan hewan yang halal dan menjadi hari raya yang dikenal dengan Hari Raya Idul Adha atau Idul Kurban.

Esensi Berkurban

Mungkin ada yang bertanya apa esensi berkurban ini yang sudah menjadi kewajiban umat islam bagi yang mampu secara ekonomi/finansial? Melalui uraian singkat ini akan menjelaskan esensi kurban tersebut. Tentu, kita semua sepakat bahwa setiap perintah Allah SWT, maka pasti untuk kebaikan umat itu sendiri. Hakikatat syariat secara mendetail hanya diketahui oleh Allah SWT, para Nabi dan Imam, wakil/penerus para Nabi As. 

Hakikat dari syariat kurban yang dapat kita ketahui adalah menghilangkan atau mensucikan diri kita dari sifat-sifat kebinatangan baik yang melakukan kurban maupun penerima kurban. Oleh karena itu, bagi orang yang dipercayakan untuk memototng kurban hendaknya perlu mengetahui ini, sehingga dampak kurban dapat terefeki pada orang yang berkurban maupun yang menerima daging kurban. Peletakannya lebih afdal pada saat penyembeli hewan kurban berniat memotong hewan kurban tersebut hendaknya mengikutkan kalimat “Niat…..menghilangkan atau mensucikan sifat-sifat kebinatangan pada….(sebut nama-nama yang berkurban dan penerima daging kurban) Lillahita’la atau qurbatan Lillahita’ala”. Harapannya, dengan niat seperti itu, maka orang-orang yang berkurban atau penerima daging kurban dijauhkan dari sifat-sifat kebinatangan dalam kehidupan sehari-hari. 

Mengapa hal tersebut penting karena kita ketahui bersama bahwa manusia dengan hawa nafsu yang tidak terkendali dimana kecedrungannya pada sifat-sifat negatif, maka melalui syariat kurban ini dapat dikendalikan dengan cara memutus kecendrungan pada hal yang negatif tersebut. Hal ini sangat penting dalam upaya mewujudkan manusia yang berakhlakul karima. Manusia yang memiliki kekuatan memutus kecendrungan hawa nafsu pada sifat negatif dengan sendirinya mereka akan memiliki kesadaran tinggi atau disebut ketaqwaan dalam bahasa Alqur’an dalam menjalankan ajaran agama islam. Dampaknya, kita akan menghasilkan masyarakat yang memiliki keimanan dengan adab dan akhlak yang baik. Tujuan yang lebih luas adalah mewujudkan masyarakat madani.

Posting: @zarifoji       #zarifoji313


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konsep Dasar Pendekatan pembelajaran Deep Learning

Kekhawatiran dengan AI Semakin Nyata