Perjalanan Yang Tak Pernah Kuimpikan


                 

Helo sobat,biasa di panggil "syarif" panggilan di kampus "Ojhi" dilahirkan disebuah Desa bernama Desa Manuju,  Kec.  Polombangkeng Utara (Polut)  kab.  Takalar - Sulawesi Selatan.  Saya dilahirkan dari seorang Ibu dan  ayah sangat hebat, mereka adalah malaikat terdekatku.  Keduanya sudah dipanggil oleh Allah Swt sejak 9 tahun yang lalu.  Kasih sayangnya tak pernah saya lupakan bahkan menjadi inspirasi dalam kehidupan kami,  bagaimana arti bersyukur,  kesabaran,  keikhlasan,  pengorbanan,  dan pendidikan dalam keluarga. Keluarga besar yang damai dan bersahaja. Kedua orang tuaku tahu mana hak dan kewajiban masing-masing. Keluargaku mungkin tidak berbeda dengan keluarga yang lain,  diterpa ujian pasang surut ekonomi, bahkan menurut cerita mereka,  tahun 1973 dikampung kami pernah dilanda musim paceklik karena kemarau kering yang berkepanjangan, sawah-sawah kering, dan petani gagal panen, sehingga keadaan ini memaksa keluarga kami makan "tongkol pisang" dengan olahan secara khusus untuk menghilangkan rasa sepak.

Belahan Jiwaku

Saya menghirup udara dunia ini sejak tanggal 19 Desember 1973 disebuah rumah yang sangat sederhana dipinggiran kota kecamatan Polut. Saya dilahirkan dengan dibantuan tabib kampung dan alhamdulillah saya hidup sampai sekarang ini. Saya adalah keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 10 orang,  dimana yang hidup sampai sekarang adalah 8 orang,  dua diantaranya wafat sejak berumur masih bayi. Orang tuaku membesarkan kami semua dengan penuh pengorbanan, ibuku hanya bekerja sebagai RT alias Rumah Tangga saja, sedangkan ayahku seorang PNS zaman dulu.  Pernah suatu ketika, ayah kami menata file-filenya,  saya melihat salah satu SK Pegawainya dengan gaji kalau tidak salah Rp. 35.000,00 ditahun 60-an.  

Sejenak berpikir bagaimana kami bisa hidup dengan pendapatan sebesar itu.  Tapi biasanya ayahku bercerita,  iya memang sangat kecil bahkan tak berarti apa-apa dimasa sekarang,  namun di masa itu,  cukuplah untuk makan. Ayahku setiap pagi dengan semangat mengayun sepeda ontelnya menuju sekolah tempat mengajarnya ketika itu. Kemudian dengan perkembangan semakin maju, ayahku sempat membeli sepeda motor (dalam bhs.  makassar disebutnya "montoro bebe") sampai beliau pensiun. Tuhan Maha Besar, mencipta dan menjaga makhluknya.

Baca selengkapnya: Profil Takalar

Seiring berjalannya waktu, saya mulai masuk usia sekolah. Saya bersekolah SD Inpres No. 48 Manuju,  SMP Negeri 1 Palleko,  SMA Negeri 1 Takalar.  Kemudian sempat kuliah Di Universitas Hasanuddin dengan program D3 Non Gelar. Selanjutnya sejak tahun 1998 sampai 2001, saya menyelesaikan studi di Universitas Haluoleo Kendari,  Sultra. Kemudian selesai kuliah,  saya mulai memulai dengan perjalanan hidup yang tak pernah saya impikan.

Nonton juga Video : DIDI & AJAN Galau Dekat Kursi "Ajaib", Putar Lagu "Ombak Su Jauh"


Saya dalam keluarga adalah termasuk anak pendiam yang tak tahu pergi jauh berpisah dengan keluarga.  Namun karena keadaan yang memaksa, saya harus hijra dari Sul-Sel ke Sultra untuk menyelesaikan studi saya. Sejak saat itu,  karena kondisi,  maka saya harus mempersiapkan lahir bathin merantau di negeri orang, walaupun dengan kesedihan yang mendalam harus berpisah dengan keluarga yang sangat aku cintai. Perjalanan hidup baru harus kumulai dengan segala suka dukanya. Bagaimana hidup jauh dari keluarga. yang dulunya, makananpun sudah siap saji,  pakaianpun hanya pakai saja, tapi kini semuanya serba sendiri, keadaan yang tak pernah saya impikan.

Selama kurang lebih 3 tahun lamanya saya kuliah di Unhalu Kendari,  perjalanan cinta dalam kehidupanku mulai bersemi bersama seorang kekasih yang tak pernah kuimpikan.  Tahun 1999 disebuah kota dinegeri ini pernah dilanda "konflik sosial" yakni kota Ambon (Ambon Manise). Akibat konflik tersebut, beberapa perguruan tinggi kedatangan eksodus mahasiswa besar-besaran dari Unpatti Ambon,  termasuk Unhalu Kendari tak luput dari kedatangan mahasiswa eksodus. Tempat tinggalku kanan kiri bertetangga dengan mahasiswa eksodus yang manis-manis,  dan akhirnya saya pun berkenalan dengan seorang gadis eksodus sampai kami menyelesaikan kuliah sama-sama, saya ujian dihari Rabu,  dan si "Dia" yudisium di hari Kamis tahun 2001. Perjalanan yang tak pernah saya impikan.

Selama kurang lebih 3 tahun perkenalanku dengan si "Dia", kamipun membulatkan tekad membina rumah tangga SAMAWA dengan perjuangan hidup yang tak pernah saya impikan. Setelah perkawinan yang sangat sederhana itu,  saya pun menjadi  eksodus  dinegeri raja-raja.  Kini kami berdomisili di Kota Ambon (Ambon Manise), semoga menjadi keluarga bahagia dunia akhirat dengan dikaruniai 3 orang anak,  2 wanita dan 1 laki-laki.... inilah perjalanan yang tak pernah kuimpikan.

Ambon,  5 Pebruari 2019

By.  Syarif Amq


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tema-Tema Penting Pada Peringatan Asyura Nasional Tahun 1445 H/2023

Ilmuan Peringatkan Bahaya AI (Artificial Intellegence)

Menyikapi Perkembangan ChatGPT OpenAI