Keajaiban Kartu Domino

 


Sejak tanggal 31 April 2009 sampai tahun  pelajaran 2020/2021, saya bertugas di salah satu  lembaga pendidikan formal yang  bernama Sekolah Dasar Inpres 43 Ambon Provinsi Maluku dengan kondisi yang sangat memprihatinkan, tidak terpasang jaringan wi-fi sama sekali. Pengalaman yang paling berkesan sampai saat ini adalah ketika diberikan tugas oleh Kepala Sekolah sebagai wali Kelas 5 sekaligus membantu guru kelas 4 dan kelas 6 untuk mengajar bidang studi matematika, saya menemukan banyak persoalan berkaitan dengan karakter siswa saat mengikuti pembelajaran bidang studi matematika. Persoalan tersebut terbagi dalam dua kelompok, yakni ada kelompok yang suka belajar matematika dan kelompok yang tidak menyukainya. Kelompok yang tidak suka pelajaran matematika menjadi perhatian serius, boleh jadi karena matematika masih dianggap momok yang “menakutkan”. Siswa yang tidak menyukainya seringkali tidak hadir setiap ada jam matematika di kelasnya. Saya bertanya-tanya dalam hati, kenapa setiap jam matematika ada saja siswa yang tidak hadir, sebut saja Wenan (nama samaran). Wenan adalah salah satu siswa kelas 5 yang setiap jam matematika tidak pernah hadir di sekolah, apalagi dalam kelas. 

Permasalahan ini sangat mengusik perasaan kami untuk segera diselesaikan. Mulailah melakukan pendekatan pada orang tuanya sekaligus mempertanyakan kondisi Wenan dan menceritakan bahwa ia tidak pernah hadir di sekolah setiap jam matematika. Orang tuanya seketika itu terkejut dan langsung berkata bahwa anaknya setiap hari itu pergi ke sekolah, tapi kenyataannya absen. Suatu hari tepatnya pada hari kamis ketika jam matematika, saya melakukan komunikasi dengan teman yang paling akrab dengan Wenan dan mempertanyakan keberadaan Wenan setiap jam matematika. Dari hasil penjelasan temannya, ternyata Wenan setiap jam matematika, ia selalu berada di warnet dekat dengan sekolah. Akibat dari ketidakhadirannya, pada saat ulangan harian matematika, Wenan selalu mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sehingga saya melakukan remedial kepadanya, namun hasilnya masih tetap sama.

Silahkan Juga Kunjungi : 

Saya mulai melakukan pendekatan dengan Wenan dengan cara mengajaknya jalan-jalan di lingkungan sekitar sekolah untuk melihat kondisi kehidupan ekonomi orang tua teman-temannya, ada yang bekerja sebagai TNI/POLRI, PNS, Wiraswasta, Ojek, buruh bangunan, dan Petani. Selesai jalan-jalan, saya langsung masuk ke kelas dan mulai bercerita, mengapa sampai kehidupan ekonomi orang tua bisa seperti itu. Saya mengatakan kepada anak-anak  dalam kelas bahwa orang yang tidak sekolah itu mendekati kebodohan, dan kebodohan itu mendekati kemiskinan, serta kemiskinan itu mendekati kelaparan. 


Ketika tidak mau belajar matematika, dan tidak bisa menghitung, maka sudah pasti kita tidak bisa berdagang. Ketika kita tidak bisa menghitung, maka sudah pasti tidak bisa menjadi tukang bangunan. Ketika kita tidak bisa menghitung, maka sudah pasti hasil tanaman perkebunan kita tidak bisa untuk di jual, Kenapa bisa demikian? Karena kalau kita mau untuk berdagang dan menjual hasil perkebunan maka harus tahu dulu nilai mata uang agar tidak mengalami kerugian karena salah menghitung. Begitu pula menjadi tukang bangunan, maka harus mampu menghitung panjang, lebar, tinggi, luas, serta volume. Apalagi kalau ingin menjadi TNI/POLRI, atau PNS sudah pasti harus mempunyai Ijazah. Dengan demikian sekolah itu sangat penting terutama dalam hal belajar matematika sebab dalam kehidupan kita sehari-hari semuanya berkaitan dengan matematika. Matematika adalah salah satu kunci kesuksesan. 


Ketika selesai jam olahraga pada hari jumat, Wenan langsung menghampiri saya dan langsung menunduk dan menangis, kemudian ia meminta maaf dan berterus terang kalau selama ini ketika ada jam matematika, ia selalu ada di warnet, dan ia pun mengungkapkan alasan mengapa sampai ia tidak hadir dan berkata, “ Pa…saya tidak hadir itu karena saya belum tahu kali-kali, sehingga saya merasa malu dengan teman-teman”. Seketika itupun saya langsung meneteskan air mata melihat Wenan yang sudah berani kemukakan perasaannya. Sayapun menjawab, Wenan tidak ada satu manusia di dunia ini ketika lahir itu langsung berlari tetapi harus melalui proses sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Untuk itu belum terlambat bagi Wenan untuk belajar, asalkan ada kemauan, tekat dan usaha yang kuat serta jangan lupa selalu berdoa. Saya mulai membuat permainan perkalian dari kartu domino. Setiap hari ketika jam istirahat, saya dengan Wenan selalu bermain kartu domino. Kurang lebih satu bulan, Wenan sudah mahir dalam perkalian dan pembagian, bahkan melewati teman-temannya. 


Pada bulan kedua, semangat Wenan untuk belajar semakin meningkat. Pada saat tes semester ganjil, nilai matematika yang tertinggi diraih oleh Wenan. Sejak itulah Wenan mulai tambah semangat untuk belajar, dan ia pun menjadi siswa yang cerdas. Karena tidak ada lagi penghalang atau rintangan untuk belajar di sekolah membuatnya menjadi sosok siswa yang gemilang. Pada saat pembagian laporan pendidikan, peringkat pertama diraih oleh Wenan, dan bahkan ketika sampai di kelas 6, ia pun yang menjadi peringkat pertama dengan nilai matematika pada saat ujian nasional berhasil mendapat nilai 9,75. Sekarang Wenan merupakan sosok siswa yang menjadi idola semua guru ketika ia berada di jenjang SMP dan SMA karena selalu mendapat peringkat pertama dengan kelulusan terbaik di sekolahnya. Setelah berhasil menamatkan pendidikannya tingkat SMA di Kota Ambon, ia melanjutkan pendidikannya di Universitas Patimura Ambon Provinsi Maluku dengan memilih jurusan Pendidikan Matematika. 

Dari pengalaman dalam membimbing siswa bernama Wenan, dengan berlandaskan ketulusan serta keikhlasan serta penuh kesabaran, maka setiap upaya tidak akan sia-sia, terutama Wenan, ia membutuhkan pendekatan kekeluargaan. Sementara dalam mengatasi kekurangan pada operasi perkalian melalui permainan kartu domino. 



Posting: La Ali Akbar, S.Pd, Guru SDN 64 Kota Ambon & Zarif Amq





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tema-Tema Penting Pada Peringatan Asyura Nasional Tahun 1445 H/2023

Ilmuan Peringatkan Bahaya AI (Artificial Intellegence)

Menyikapi Perkembangan ChatGPT OpenAI