Tips dan Trik Publikasi Ilmiah Terstandar Kemdikbud Ristek

 


Workshop Nasional pembuatan jurnal terstandar Kemdikbud Ristek dimulai tepat pukul 09.00 WITA yang dibuka oleh DR. Muh. Tahir Warek I UVRI sekaligus mewakili Rektor UVRI. Beberapa hal yang disampikan pada acara pembukaan adalah bahwa publikasi ilmiah bagi tenaga fungsional terutama Guru dan Dosen merupakan keniscayaan yang menjadi bagian dari penilain keprofesionalan seorang pendidik. Namun, kendala yang banyak ditemui adalah kurangnya kemampuan dalam membuat arikel ilmiah terutama dalam publikasi ilmiah yang terkareditasi baik tingkat Kab/Kota, Provinsi, apalagi tingkat Nasional. Sebuah publikasi ilmiah akan dinilai bila memenuhi persyaratan yang dikeluarkan oleh Kemendikbud Ristek dalam pengusulan pangkat/golongan. Guru sebagai salah satu tenaga fungsioanal menjadi salah satu syarat utama dalam pengusulan pangkat/golongan adalah dengan adanya publikasi ilmiah. Sehingga beliau sangat mengapresiasi kegiatan worshop nasional pembuatan jurnal untuk memberi bekal kepada tenaga pendidik terkhusus guru untuk bisa membuat artikel ilmiah dalam bentuk jurnal sebagai upaya pegembangan keprofesian berkelanjutan (PKB). Selanjutnya pada sesi pertama pematerinya dengan materi yang sangat menarik menyampaikan bahwa :

“ada 49% publikasi ilmiah yang tidak dinilai karena tidak sesuai dengan APIK (Ada yang tidak Asli, Ada yang tidak Perlu, Ada yang tidak lmiah, dan Ada yang tidak Konsisten). Di samping memperhatikan ‘Gaya Selingkung”, dimana setiap penerbit jurnal memiliki sistematika tersendiri yang harus diikuti oleh penulis agar dapat diterbitkan yang akhirnya dapat dipakai dalam pengusulan Dupak untuk kenaikan pangkat/golongan. Kemudian khusus guru dapat membuat artikel ilmiah dalam bentuk PTK dan kepala sekolah melalui PTS. Jenis penelitian yang bisa di buat oleh Guru selain PTK juga penelitian yang sifatnya kajian pustaka serta pembuatan buku atau buku ajar” oleh Drs. Darwis Sasmedi, M.Pd dari LPMP Makassar.

“Pada paparan data tentang peringkat negara-negara dalam menerbitkan artikel ilmiah dalam jurnal terindeks Internasional, misalnya terindeks Thomson Reuters yang merupakan indeks tetinggi di dunia, negara tercinta Indonesia belum terlihat memberikn kontribusinya, bahkan seluruh negara-negara ASEAN. Sementara kalau dilihat dari jumlah penduduk yang begitu besar seyogyanya dapat memberikan karya yang hebat untuk dapat di akses pada tingkat dunia. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam upaya peningkatan pembuatan artikel ilmiah yang terindeks internasional. Mungkin bisa mencontoh Negara China dengan tingkat publikasi ilmiah yang sangat tinggi dan mampu menyaingi dengan negara-negara maju seperti US. Tentu pertanyaan yang sangat menggelitik adalah ada masalah apa dengan SDM kita di bandingkan dengan negara lain? Apakah SDM belum memadai? Sarana prasarana penelitian yang belum terstandar? Atau Apa ya?. Jawabannya ada di tangan kita masing-masing bahwa perlu memacu diri khususnya di kalangan pendidik, Guru dan dosen maupun tenaga fungsional lainnya untuk berkolaborasi meningkatkan publikasi ilmiah yang terindeks Internasioanl. Salah satu problem yang kita hadapi adalah publikasi ilmiah masih berhenti pada kepentingan yang sifatnya instan seperti kepentingan untuk kenaikan pangkat/golongan saja, selebihnya belum menganggap sebagai wujud jati diri bangsa ” di sampaikan oleh Bpk. DR.S. Bachtiar, S.Pd, M.Pd.

Kemudian dilanjtkan dengan materi tips dan trik publikasi ilmiah yang juga tidak kalah menariknya dan ini pula menjadi masalah yang mendasar khusus  guru. Karena terkadang muncul pertanyaan, ingin di bawa kemana artikel ilmiah ini agar bisa publikasi?. Pertanyaan sering terlontar di kalangan guru karena di tingkat satua pendidikan bahkan lembaga teknis kecuali LPMP belum ada wadah untuk menerbitkan karya ilmiah guru. Berbeda dengan perguruan tinggi, ada unit khusus yang menangani persoalan publikasi ilmiah, sehingga penerbitan artikel ilmiah sangat mudah tertangani. Sehingga mungkin saja menjadi faktor pembatas kurangnya publikasi ilmiah di kalangan guru. Artikel ilmiah yang di buat guru hanya sebatas untuk kenaikan pangkat/golongan, setelah dinilai sudah berhenti sampai di situ, padahal bisa di lanjutkan ke publikasi ilmiah yang terindeks. Persoalan lain adalah, ada sebagian besar guru terkendala dengan pengetahuan pembuatan artikel ilmiah yang masih terbatas. Penyebabnya adalah kurangnya ruang perjumpaan untuk saling berbagi dan berkolaborasi dalam upaya peningkatan kapasitas pembuatan artikel ilmiah, ada yang masih bingung untuk membuat artikel ilmiah dimulai dari mana?. Untuk mengatasi hal ini, salah satunya adalah perlunya kerja sama atau jejaring yang kuat dengan orang lain yang sudah perpengalaman dalam penulisan maupun publikasi ilmiah. Selian itu, dapat mengikuti webinar atau worshop semacam ini agar dapat berbagi pengalaman yang bermanfaat dalam membantu guru khususnya dalam pembuatan maupun publikasi ilmiah yang selama ini menjadi kendala.

“Uraian materi terkait dengan tips dan trik publikasi ilmiah yang selama ini bagi guru seolah tidak menemukan jawaban , maka salah seorang pemateri memaparka dengan sangat gamblang bahkan sampai pada praktek dalam publikasi ilmiah Internasional. Materi ini yang paling di tunggu oleh guru dan diharapkan artikel ilmiah yang telah di buat dapat dengan segera di publikasi. Dalam materi ini dijelaskan bahwa ada beberapa rambu-rambu yang harus di perhatikan dalam publikasi ilmiah karena ternyata ada juga jurnal yang disebut “ jurnal abal-abal” yang harus di hindari oleh guru. Bila artikel ilmiah yang di publis oleh “jurnal abal-abal” maka pekerjaan kita yang sudah susah paya menjadi sia-sia belaka karena tidak ada nilai sedikitpun yang bisa diperoleh. Oleh karena itu, dalam publikasi ilmiah harus memperhatikan dan memeriksa jurnal yang di tuju. Sekurang-kurangnya ada tiga hal yang mendasar yang perlu di cermati; (1) terIndeks tidaknya jurnal tujuan, (2) Gaya selingkung jurnal tujuan, dan (3) cocok tidaknya artikel yang tulis dengan jurnal tujuan. Tingkat indeks sebuah jurnal menjadi parameter yang sangat menentukan akan nilai sebuah artukel ilmiah. Semakin tinggi indeks sebuah jurnal, maka semakin valid dan syahi artikel ilmiah yang kita buat. Sehingga dengan dasar ini, munculllah istilah “ Jurnal abal-abal” maksudnya jurnal yang tidak terindeks, dan biasanya artikel ilmiah tersebut di anggap “sampah” di kalangan akademisi, sehingga sangat di hindari jurnal semacam ini. Di samping itu, bagi penulis artikel ilmiah seperti hasil-hasli penelitian, misalnya guru dengan PTK atau kepala sekolah melalui PTS sebelum submit tulisannya, maka tak kalah penting untuk di perhatikan adalah “gaya selingkung” setiap jurnal. Karena tidak sedikit artikel ilmiah yang di tolak akibat gaya selingkung jurnal tujuan tidak sesuai dengan artikel ilmiah yang di kirim. Jadi artikel ilmiah yang ingin di publikasi pada sebuah jurnal harus benar-benar sesuai dengan sistematika atau template yang dipersyaratkan oleh jurnal tujuan, artinya setiap jurnal memiliki ciri khas tersendiri atau persyaratan yang mesti diikuti oleh para penulis artikel ilmiah. Selain itu, yang harus diperhatikan lagi adalah sesuai tidak artikel ilmiah yang ditulis dengan jurnal tujuan. Misalnya, sebuah jurnal pendidikan, maka artikel ilmiah yang dikirim ke jurnal tersebut adalah tulisan yang terkait dengan pendidikan bukan tema lain” disampaikan oleh DR. Muhammad Rijal, S.Pd, M.Pd. 

Posting by. : Zarif Oji

Nama Kegiatan  : Worshop Nasional Pembuatan Jurnal Terstandar Kemdikbud Ristek

Hari/Tanggal : Kamis, 09 Desember 2021

Pukul : 09.00 – selesai WITA (10.00 WIT – selesai)

Penyelenggara : FKIP UVRI Makassar


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tema-Tema Penting Pada Peringatan Asyura Nasional Tahun 1445 H/2023

Ilmuan Peringatkan Bahaya AI (Artificial Intellegence)

Menyikapi Perkembangan ChatGPT OpenAI